SMK Mikael Surakarta

Lagi-Lagi Soal 4C

"Ah, lagi-lagi soal 4C. Apa nggak ada topik lain?" Mungkin sebagian dari kalian ada yang berpikir demikian. Bagi mereka yang dididik di sekolah Jesuit, 4C memang sudah jadi makanan sehari-hari, maka wajar saja kalau kalian bosan. Akan tetapi, toh ada juga pembaca tulisan ini yang masih asing dengan 4C ala pendidikan Jesuit.

Di dalam pendidikan Jesuit, 4C merupakan singkatan dari competence, conscience, compassion, dan commitment. Keempatnya merupakan ringkasan dari spiritualitas Ignasian, semangat kerohanian Santo Ignasius Loyola, romo pendiri Ordo Jesuit alias Serikat Jesus. Bagi Ignasius, pengabdian kepada Tuhan itu cuma bisa dilakukan dengan mengedepankan keunggulan akademis atau keterampilan (competence), kemampuan membedakan benar dan salah (conscience), kepedulian kepada mereka yang tersingkir (compassion), dan kehendak kuat terutama untuk mewujudkan kesejahteraan bersama serta melayani kaum lemah (commitment). Tanpa salah satu karakter tersebut, pengabdian kepada Tuhan adalah tidaklah sempurna.

Dia tidak cuma ngomong doang. Pada usia sekitar 40 tahun, Ignasius masih mau belajar keras dan menjalani kuliah. Selain sudah mulai tua, ia sendiri sebenarnya tidak terlalu cemerlang secara akademis. Untung ada sahabat dekatnya, Petrus Faber dan Fransiskus Xaverius, yang setia membantunya belajar. Semua itu ia jalani semata-mata supaya bisa kompeten melayani Tuhan dalam hidupnya sehari-hari. Bukan sekadar menjadi imam atau pastor, ia adalah imam yang benar-benar terpelajar.

Ignasius juga setia mengasah kemampuan membedakan baik dan buruk. Dalam istilah rohani, ia melatih pembedaan roh: mana suara dalam hatinya yang datang dari roh baik, mana dari roh buruk. Istilah canggihnya: discernment. Dengan melatihnya, ia bisa lebih cermat dalam mengambil keputusan.

Dalam hidupnya, Ignasius juga menyediakan diri untuk melayani mereka yang tersingkir. Tidak jarang ia melayani orang-orang sakit dan memberi uang kepada orang miskin. Selain itu, ia juga setia mengajar anak-anak, walaupun pendidikannya sudah tinggi. Maklum, pada masa mudanya, Ignasius lebih banyak berperang, memperhatikan penampilan, dan mencari perhatian perempuan. Setelah bertobat, ia tidak lagi mau menghilangkan jiwa orang, tapi menyelamatkannya.

Akhirnya, Ignasius melakukan semua itu dengan penuh komitmen, khususnya untuk menyelamatkan jiwa-jiwa. Hingga akhir hidupnya ia menyetiai panggilan tersebut. Bahkan, ia mengajak orang-orang muda yang punya cita-cita yang sama dengannya. Dari situlah Ordo Serikat Jesus berasal.

Jadi, kalau kalian merasa bosan mendengarkan 4C, pertanyaannya: apa kalian sudah berusaha menerapkan dan mengembangkannya dalam hidup kalian? Jika berkarakter 4C, kalian akan mengupayakan keunggulan skill, berusaha selalu memilih dan melakukan yang benar dalam hidup, serta dengan penuh komitmen tidak akan membiarkan orang lain tersingkir dan menderita.  Memang, daripada cuma ngomong doang, lebih baik kita bersama-sama menempa diri, agar kalian bangga pada diri kalian sekaligus berguna bagi orang-orang dan lingkungan di sekitar kalian. Tuhan memberkati.

Rafael Mathando (Dodo) Hinganaday, SJ

Home
Berita
Kontak
Galeri