SMK Mikael Surakarta

MENGHARGAI JERIH PAYAH

SMK Katolik St. Mikael Surakarta alias SMK Mikael lahir dan besar karena kerja keras dan jerih payah. Saya yakin, tidak ada yang menyangkal hal ini. Ketika mengawali sekolah ini pada tahun 1962, Pater Wakkers, SJ mengusahakan agar pendidikan dapat berjalan, walaupun gedungnya masih menumpang. Ketika jumlah dan kualitas mesin masih belum memadai, para Jesuit yang berkarya di SMK Mikael mengusahakan bantuan mesin dari Eropa. Padahal, transportasi untuk pengiriman barang saat itu jauh lebih sulit daripada sekarang.

Jauh setelah masa-masa sulit itu pada tahun 2003 SMK Mikael memberanikan diri mengajukan ISO 9001. Padahal, saat itu mutu SMK, khususnya sekolah teknik mesin (STM), di Indonesia masih acak-acakan. Peserta didik STM bahkan dikenal tidak pandai dan sering tawuran.

Kemudian, sertifikat mutu pun berhasil diperoleh. Akan tetapi, tetap harus diingat, standardisasi level internasional ini mengharuskan setiap warga SMK Mikael bekerja keras setiap tahunnya demi menjaga kualitas. Mulai dari kepala sekolah sampai peserta didik, baik para pastor Jesuit maupun bukan, semuanya dituntut bahu-membahu mengupayakan yang terbaik.

Oleh karena itu, sejak awal, menurunkan mutu bukanlah cara kerja SMK Mikael. Kecenderungan bermalas-malasan diharapkan tidak terjadi di dalam diri warga SMK Mikael. Orang tua peserta didik terus didorong untuk menyemangati dan mendukung anak-anak mereka. Semua diajak bekerja keras; di dalam kerja keras, ada inovasi dan kreativitas, kehendak kuat dan keinginan untuk saling mendukung.

Semua pihak yang masih mengaku sebagai bagian dari keluarga besar SMK Mikael diminta terus menjaga mutu SMK Mikael. Semua diajak memahami bahwa, demi menghasilkan lulusan berkualitas dan menjawab kebutuhan masyarakat yang lebih luas, tidaklah mungkin SMK Mikael menurunkan standarnya.

Sebaliknya, memberi diri ditempa secara sungguh-sungguh diharapkan bisa meningkatkan kualitas diri warga SMK Mikael. Yang kurang baik menjadi lebih bagus, yang sudah bermutu semakin kinclong kualitasnya.

Mungkin sebagian dari kita lalu bertanya: kerja terus, kapan istirahatnya? Belajar terus, kapan mainnya? Tuntutan tinggi terus, kapan santainya? Kelelahan pasti menjadi bagian dari hidup seorang pekerja keras.

Akan tetapi, kelelahan tidak sama dengan kemalasan. Beristirahat dan bersantailah kalau memang kita merasa lelah, supaya bisa bekerja dan belajar lagi pada waktunya. Bukan supaya kita melupakan kewajiban dan tanggung jawab kita.

Demikian pula, setiap buah kerja keras berhak untuk mendapatkan penghargaan. Mulai dari sekadar ucapan terima kasih, pujian, serta bentuk-bentuk penghargaan nyata lainnya. Karena, pekerja keras sejati selalu dapat menghargai kerja keras orang lain.

Peserta didik menghargai guru yang sudah berusaha menyiapkan bahan pelajaran dengan mengikuti pelajaran dan mengerjakan tugas sebaik-baiknya. Guru menghargai anak didiknya yang berupaya menyelesaikan tanggung jawabnya dengan memberi pujian dan nilai yang baik. Sekolah menghargai kerja keras warganya dengan memperhatikan kesejahteraannya. Setiap warga menghargai perhatian sekolah dengan menunjukkan kualitas SMK Mikael di manapun mereka berada.

Karena, sekali lagi, SMK Mikael tidak mungkin hidup dan menjadi lebih baik tanpa kerja keras. Demikian pula, tanpa penghargaan atas kerja keras dan jerih payah yang sudah dihidupi oleh para pendahulu, SMK Mikael perlahan-lahan akan meredup dan menghilang.

 

 

Rafael Mathando Hinganaday, SJ

Pamong

Home
Berita
Kontak
Galeri